Kamis, 29 Maret 2012


RANGKUMAN PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK

A. PENGERTIAN
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses keperawatan,dimana tiap tahap perawatan melakukan pengkajian data yang diperoleh dari hasil wawancara, laporan teman sejawat, catatan keperawatan, atau catatan kesehatan lain dan pengkajian fisik.( Robert Priharjo, 1993 ). Physical examination merupakan tehnik maneuver yang terdiri dari beberapa rangkaian, yang masing-masing anak memlik sensifitas dan verbal baik fisik maupun spikologik.( Wong, 1993 ).  Pemeriksaan fisik lebih dari suatu rangkaian latihan tehnikal. Hal itu merupakan tuntutan yang sama sensivitasnya dengan kebutuhan fisik dan psikologik anak yang sulit di kenal dan tidak sama dengan yang lainnya.( Wong, 1993 ).
B. TUJUAN PEMERIKSAAN FISIK
Tujuan pemeriksaan fisik adalah memperoleh informasi yang akurat tentang keadaan fisik pasien. Karena sifat alamiah bayi dan anak, ururan pemeriksaan tidak harus menuruti sistematika yang lazim pada orang dewasa. Dalam pemeriksan anak harus memperhatikan kebutuhan perkembangan mental anak. Penggunaan perkembanagn mental dan kronologi umur sebagai kriteria utama dalam pengkajian tiap sistem tubuh memudahkan/menyelesaikan dari beberapa tujuan, diantaranya :
1. Meminimalkan steres dan ansietas yang berhubungan dengan pengkajian   pada baguan- bagian tubuh yang berbeda.
2. Memelihara dan membina hubungan saling percaya antara perawat, anak dan orang
tua.
3. Memberikan persiapan yang maksimum pada anak.

4. Memberikan perlindungan yang esensial pada hubungan antara orang tua-anak,
terutama dengan anak kecil.
5. Memaksimalkan keakuratan dan reabilitas hasil pengkajian.

C. PEMERIKSANAAN ANAK
 pemeriksaan fisik dilakukun dengan prosedur yang tidak menyebabkan rasa saki, tetapi kepada seorang anak dengan menggunakan jari, telapak tangan, lengan, pemeriksaan dalam telinga dan mulut,menekn abdomen dan mendengarkan dasa dengan permukaan metal yang dingin dapat menimbulkan stresful. Pemeriksaan fisik ini harus menjadi hal yang menyenangkan dan sama baik hasilnya. Misalnya dengan anak pre school dan yang lebih tua perawat dapat menggunakan gambar atau boneka untuk membantu anak belajar tentang tubuh mereka.
Tehnik “Paper Doll” merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengajarkan anak tentang bagian tubuh mereka yang diperiksa. Kesimpulannya adalah saat kunjungan anak dapat membawa paper doll sebagai pengingat pengalaman. Banyak permintaan anak yang sangat kooperatif ketika orang tua bersama mereka. Hal ini ada yang menyebabkan, bagaimanapun saat anak yang lebih tua terutama adolence lebih memilih di periksa sendiri pada pemeriksaan genetalia, sering anak yang sedang diperiksa juga disertai saudara kandungnya yang dapat menyebabkan ke tidak teraturan kerena ada boredom.
Sebuah taktik untuk membantu mereka adalah untuk memberikan mereka kesempatan untuk mencoba alat pemeriksaan seperti stetoskop atau spatel lidah dan memuji anak atas “Bantuannya”selama pemeriksaan.
D. KOMUNIKASI SEBELUM PEMERIKSAAN FISIK
Sebagai tenaga medis sebelum melakukan pemeriksaan hendaknya jangan mengabaikan komunikasi walaupun pada anak sekalipun. Hal ini bertujuan agar nantinya ia mendapatkan informasi yang akurat dengan pasien. Adapun komunikasi yang dilakukan perawat sebelum melakukan pemeriksaan fisik antara lain:
1. Bicara terlebih dahulu pada orang tua, tunjukkan bahwa kita akan membina hubungan
yang baik dengannya. Dengan demikian, anak akan melihat bahwa kita berbuat baik
terhaap orang tuanya. Kemudian perhatian kita alihkan pada anak dengan tujuan
semula, yaitu melakukan pengkajian.
2. Mulai kontak dengan anak dengan menceritakan sesuatu yang lucu. Dengan demikian
harapkan anak akan tertarik dengan pembicaraan perawat dan mau bekerja sama.
3. Gunakan mainan sebagai pihak ketiga dalam bentuk yang lain sebagai titik masuk
berbicara pada anak. Hal ini akan sangat efektif terutama pada anak usia toddler dan
anak pra sekolah
4. Apabila memungkinkan, ajukan pilihan pada anak tersebut tentang pemeriksaan yang
diinginkan, sambil duduk atau di tempat tidur, atau di pangku oleh orangtuanya.
5. Pemeriksaan yang menimbulkan trauma dilakukan paling terakhir. Dengan demikian,
pilih pemeriksaan yang paling sederhana atau yang dapat dilakukan sambil bermain
terlebih dahulu.
6. Hindarkan pemeriksaan dengan menggunakan alat yang menimbulkan rasa takut,
misalnya termometer atau stetoskop yang terasa dingin
E. PENATALAKSANAAN
A. PERSIAPAN ALAT
1. Pengukur/meteran/penggaris/Stadiometer
2. Penimbang BB
3. Termometer dan spekulum
4. Optalmoskop
5. Arloji berdetik
6. Manset:
• Bayi baru lahir ukurannya : lebar kantong 2,5-4,0 cm dan panjang Kantongnya 5,0-9,0
cm
• Bayi ukurannya:lebar kantong 4,0-6,0 cm dan panjang kantongnya 5,0-9,0
• Anak-anak lebar kantong 7,5-9,0 Cm dan panjang kantongnya 17,0-19,0 cm.
7. Stesoskop
8. Oksilometri
9. Peniti,kapas, objek dingin/kapas
10.Spatel lidah
11. Garpu tala
12. Snellen
13. Senter
14. Gambar warna
E. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN FISIK ANAK
Posisi
Urutan
Persiapan Bayi
• Sebelum dapat duduk sendiri:
Terlentang atau telungkup atau lebih baik di pangkuan orang tua.
• Usia 4 sampai 6 bulan dapat di tempatkan di atas meja periksaan.
• Setelah dapat duduk sendiri:
Gunakan posisi duduk di pangkuan orang tua jika mungkin
• Jika diatas meja, tempatkan dan pandangan penuh pada orang tua.
• Bila tenang auskultai jantung, paru, abdomen
• Catat frekuensi jantung dan pernafasan.
• Palpasi dan perkusi area yang sama
• Lanjutkan dengan arah biasa,kepala ke kaki
• Lakukan prosedur traumatic di bagian akhir, mata, telinga, mulut (sambil menangis)
• Munculkan reflek-reflek saat bagian tubuh tersebut diperiksa
• Lakukan pemeriksaan reflek Moro di bagian akhir
• Lepaskan semua pakaian bila suhu ruangan memungkinkan.
• Biarkan popok terpasang pada bayi
• Tingkatkan kerja sama dengan distraksi,obyek erang,bunyi-bunyi dengan mulut,bicara.
• Berikan kotak kecil dikedua tangan bayi yang lebih besar,sampai pelepasan volunter
berkembang di akhir tahun pertama,bayi tidak mampu menggenggam obyek(misalnya
stetoskop,otoskop)( Farber,1991 )

• Tersenyum pada bayi gunakan suara yang lembutdan perlahan
• Tenangkan dengan sebotol air gula atau makanan .
• Minta bantuan orang tua untuk memegang bayi pada pemeriksaan telinga dan mukut.
• Hindari gerakan yang kasar dan mengejutkan.
Usia Bermain
• Duduk atau berdiri diatas atau disamping orang tua.
• Telungkup atau terlentang dipangkuan orang tua.
 • Inspeksi area tubuh,melalui permainan “Hitung Jari” gelitik jari kaki.
• Gunakan kontak fisik minimal diawal pemeriksaan.
• Kenalkan alay dengan perlahan. Auskultasi,perkusi,palpasi bila tenang
• Lakukan prosedur traumatic terakhir (sama dengan bayi)
• Minta orang tua untuk melepaskan pakaian bagian luar
• Lepaskan pakaian dalam pada saat tubuh tersubut di periksa
• Izinkan untuk melihat-lihat alay,menunjukkan penggunaan alat biasanya tidak efektif
• Jika tidak kooperatif lakukan prosedur dengan cepat
• Gunakan restrain bila tepat,minta bantuan orang tua.
• Bicarakan pemeriksaan bila dapat bekerja sama :gunakan kalimat pendek.
• Berikan pujian untuk perilaku kooperatif.
Anak Pra Sekolah
• Lebih suka berdiri atau duduk.
• Biasanya kooperatif dengan posisi telungkup/atau terlentang menyukai kedekatan
dengan orang tua.
• Jika kooperatif ,lakukan dari kepala ke jari kaki.
• Bila tidak kooperatif,lakukan seperti pada anak usia bermain.
• Minta anak melepaskan pakaiannya.
• Izinkan untuk menggunakan celana dalam bila malu.
• Berikan kesempata untuk melihat alat:tunjukkan dengan singkat penggunaannya.
• Buat cerita tentang prosedur :”saya mau melihat seberapa kuat otot-ototmu”
• Gunakan tehnik boneka kertas
• Beri pilihan jika mungkin

• Hargai kerja sama : gunakan pernyataan positif ”Buka Mulutmu”
Anak Usia Sekolah
• Menyukai duduk
• Kooperatif hampir semua posisi anak kecil menyukai kehadiran orangtua.
• Anak yang lebih besar menyukai privasi.
• Lakukan dari kepala dan kaki
• Bila tidak kooperatif ,lakukan seperti pada anak usia bermain.
• Minta untuk melepaskan pakain sendiri.
• Biarkan untuk memakai celana dalam
• Beri skor untuk dipakai
• Jelaskan tujuan peralatan dan kepentingan prosedur seperti otoskop untuk melihat
gendang telinga,yang diperlukan untuk mendengar.
• Ajarkan tentang fungsi tubuh dan perawatannya.
Remaja
• Sama dengan anak usia sekolah
• Berikan pilihan tentang keberadaan orang tua.
• Sama dengan anak usia sekolah yang lebih besar.
• Izinkan melepaskan pakaian sendiri.
• Beri Skor
• Buka hanya area yang akan diperiksa
• Hargai kebutuhan privacy
• Jelaskan temuan-temuan selama pemeriksaan. ”ototmu kuat dan padat”
• Beri keterangan tentang perkembangan seksual : “Payudaramu sedang berkembang
seperti seharusnya“
• Tekan kenormalan perkembangan.
• Periksa genetalia seperti bagian tubuh yang lain:dapat di lakukan di akhir.


PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR
Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan atau perawat yang bertujuan
untuk memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari normal.
Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.
Prinsip pemeriksaan bayi baru lahir :
Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan
• Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan
• Pastikan pencahayaan baik
• Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat
• Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh
PERALATAN DAN PERLENGKAPAN
1. Kapas
2. senter
3. termometer
4. stetoskop
5. selimut bayi
6. bengkok
7. timbangan bayi
8. pita ukur/metlin
9. pengukur panjang badan
PROSEDUR
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan
2. Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik, faktor lingkungan,
sosial,faktor ibu (maternal),faktor perinatal, intranatal, dan neonatal
3. Susunalat secara ergonomis
4. Cuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan handuk
bersih
5. Memakai sarung tangan
6. Letakkan bayi pada tempat yang rata
7. Penimbangan berat badan Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi
8. Pengukuran panjang badan Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepala sampai tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur.
9. Ukur lingkar kepala Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke dahi.
10. Ukur lingkar dada ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada (pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu)

PEMERIKSAAN FISIK
11. Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel ,apakah ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,moulding yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase.Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat tejadi akibat deidrasi. Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi karena adanya trisomi 21
Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal hematoma, perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak
Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya
12. Wajah
wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan posisi bayi di intrauteri.Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.
13. Mata
• Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
• Periksa jumlah, posisi atau letak mata
• Perksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
• Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran    kemudiansebagai kekeruhan pada kornea
• Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat  mengindikasikan adanya defek retina
• Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
• Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
• Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down
14. Hidung
• Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm
• Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan   kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring
• Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini kemungkinan adanya sifilis kongenital
• Periksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukkan adanya gangguan pernapasan.( Depkes Ri,2003 )
15. Mulut
• Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia
• Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari dasar mulut)
• Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara palatum keras dan lunak
• Perhatika adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi akibatvEpistein’s pearl atau gigi
• Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda foote)
• Bibir sumbing (Bennet & Brown, 1999)
16. Telinga
• Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya
• Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang
• Dauntelinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagia atas
• Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin)
• Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal
17. Leher
• Leher bayibiasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher
• Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad fleksus brakhialis
• Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa adanya pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
• Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21.
18. Klavikula
Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi yang lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan adanya fraktur
19. Tangan
• Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan ke bawah
• Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur
• Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
• Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21
• Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan
20. Dada
• Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan.Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan
• Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris
• Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal
21. Abdomen
• Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan
• Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
• Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya
• Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau ductus omfaloentriskus persisten.(Lodermik, Jensen 2005)
22. Genetalia
• Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis
• Periksa adanya hipospadia dan epispadia
• Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua
• Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
• Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
• Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding).(Lodermik, Jensen 2005) (Lodermik, Jensen 2005)
23. Anus dan rectum
• Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya
• Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belumkeluar kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan
24. Tungkai
• Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan meluruskan keduanya dan bandingkan
• Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan dengan adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis.
• Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki
25. Spinal
Periksa psina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis atau kolumna vertebra.(Lodermik, Jensen 2005)
26. Kulit
• Perhatikan kondisi kuli bayi.
• Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir
• Periksa adanya pembekakan
• Perhatinan adanya vernik kaseosa
• Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan
27. jelaskan pada ibu atau kelurga tentang hasil pemeriksaan
28. Rapikan bayi
29. Bereskan alat
30. Lakukan pendokumentasian tindakan dan hasil pemeriksaan
      Tes Apgar adalah serangkaian pemeriksaan untuk menilai kemampuan bayi baru lahir beradaptasi terhadap kehidupan di luar rahim bundanya. Ada 5 hal pokok yang diperiksa, yaitu:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-Dcrp-BCBLEMWcsi3Xpd5xtYE3mNXZ1ea4IBMOhu32B3KLemyIVu9s3b0zuhPUCYBBcmLN2hVEWdbI4YcmykzDvDCUFxsRwNHR28jM_tlftnurHJWAg987MQmNdaxUVsWsRX4Zh9PRIeO/s200/Apgar+Score.jpg

o Appearance: Penampilan, yang dilihat dari warna kulit.
o Pulse: Frekuensi denyut jantung.
o Grimace: Usaha bernapas yang dilihat dari kuat lemahnya tangisan.
o Activity: Aktif atau tidaknya tonus otot.
o Reflex: Reaksi spontan atas rangsang yang datang.
Nah, serangkaian pemeriksaan tadi masing-masing akan diberi nilai. Bila reaksi si kecil bagus, maka nilainya 2. Reaksi kurang baik bernilai 1, sedangkan reaksi buruk bernilai 0. Kesemua nilai tadi akan dijumlahkan, sehingga didapatlah hasil sebagai berikut:
o Nilai 10: Bayi memberi reaksi sangat baik pada semua pemeriksaan,
o Nilai 7-10: Si kecil dianggap memiliki kemampuan adaptasi yang baik.
o Nilai di bawah 7: Fungsi jantung dan paru-paru bayi tidak baik, sehingga perlu pertolongan.
o Nilai 0: Bayi meninggal saat lahir.
Cara Penilaian :
• Reaksi Terhadap Rangsangan; Ketika kateter dimasukkan ke dalam lubang hidung bayi untuk membersihkan jalan nafasnya, akan terlihat bagaimana reaksi bayi. Jika ia memberontak, itu pertanda responnya terhadap rangsangan bagus. Maka bayi mendapat nilai 2. Tapi jika bayi hanya sedikit bergerak ketika kateter dimasukkan ke dalam lubang hidungnya, itu berarti hanya mendapat nilai 1. Bayi yang tidak bergerak sama sekali diberi nilai 0.
• Frekuensi Jantung; Untuk mengetahui sehat-tidaknya jantung bayi, paramedis akan meletakkan stetoskop pada dada bayi, tempat denyut jantung terdengar paling kuat. Denyut jantung dihitung dalam satu menit. Jantung yang sehat akan berdenyut di atas 100 per menit dan diberi nilai 2. Nilai 1 diberikan pada bayi yang frekuensi denyut jantungnya di bawah 100 per menit. Sementara bila denyut jantung tak terdeteksi sama sekali maka nilainya 0.
• Usaha Bayi Dalam Bernafas; Kemampuan bayi bernafas dinilai dengan mendengarkan tangis bayi. Jika ia langsung menangis dengan kuat begitu lahir, itu tandanya paru-paru bayi telah matang dan mampu beradaptasi dengan baik. Berarti nilainya 2. Sedangkan bayi yang hanya merintih rintih, nilainya 1. Nilai 0 diberikan pada bayi yang terlahir tanpa tangis (diam).
• Tonus Otot ; Sekarang, menilai tonus otot bayi. Hal ini dinilai dari gerakan bayi. Bila si bayi menggerakkan kedua tangan dan kakinya secara aktif begitu lahir, artinya tonus ototnya bagus. Dan, ia diberi nilai 2. Tapi jika bayi hanya sedikit bergerak, nilainya hanya 1. Bayi yang lahir dalam keadaan diam tak bergerak
ekilas mengenai Skor Apgar
Merupakan pemeriksaan pertama yang dilakukan kepada bayi Anda ketika baru lahir, yang dilakukan masih di dalam kamar bersalin. Pemeriksaan ini secara cepat akan mengevaluasi keadaan fisik dari bayi baru lahir dan sekaligus mengenali adanya tanda-tanda darurat yang memerlukan dilakukannya tindakan segera terhadap bayi baru lahir.
Apgar Score mulai berkembang sejak tahun 1952 oleh seorang dokter anestesi/bius, yang bernama Virginia Apgar. Dan kata APGAR sendiri, merupakan gabungan dari kata: Activity (aktivitas), Pulse (Nadi), Grimace (mimik), Appearance (Tampilan kasat mata), dan Respiration (pernapasan). Dimana kelima hal tersbut merupakan faktor yang dinilai pada bayi baru lahir.
Tes ini, biasanya diberikan kepada bayi Anda sebanyak dua kali: pada menit pertama setelah lahir dan dilakukan kembali pada menit ke-5 setelah lahir. Jarang terjadi namun ketika penilaian kondisi bayi pada menit pertama, dan dua tanda memberikan hasil yang rendah, maka penilaian akan dilakukan lagi untuk yang ketiga kalinya pada menit ke-10 setelah kelahiran.
Lima hal yang menjadi parameter penilaian kondisi bayi baru lahir, di berikan skor 0-2, dimana 2 merupakan skor tertinggi:
1. Aktivitas otot
2. Denyut jantung
3. Ekspresi/mimik
4. Tampilan (warna kulit)
5. Pernapasan (frekuensi napas dan usaha bernapas)
Dokter atau perawat bayi akan menjumlahkan kelima hasil penilaian di atas, untuk mendapatkan total Apgar Skor. Skor yang diberikan antara 10 dan 0, dengan 10 sebagai skor tertinggi.
Penilaian Apgar
TAnda Apgar
2
1
0
Denyut jantung
Normal (diatas 100x/menit
Dibawah 100x/menit
Tidak ada
Pernapasan
Normal, tanpa usaha bernapas yang berlebih, menangis kuat
Pelan, tidak teratur, menangis lemah
Tidak bernapas
Respon/refleks mimik
Menarik diri, batuk oleh karena ada rangsangan
Perubahan mimik wajah hanya ketika di rangsang
Tidak ada respon terhadap rangsangan
Aktivitas otot
Aktif, pergerakan spontan
Lengan dan kaki menekuk dengan sedikit pergerakan
Tidak ada gerakan sama sekali
Tampilan (warna kulit)
Warna kulit normal, merata di seluruh tubuh
Warna kulit normal (tangan dan kaki pucat)
Warna pucat atau kebiruan di seluruh tubuh
Apa tujuan penilaian skor Apgar?
Bayi dengan hasil total, 7 atau lebih pada menit pertama setelah lahir, secara umum berada pada keadaan sehat. Bukan berarti skor yang rendah menunjukkan bahwa anak Anda tidak sehat atau tidak normal. Hasil yang rendah dalam penilaian itu, menunjukkan bahwa anak Anda membutuhkan tindakan yang sifatnya segera, seperti menyedot/mengeluarkan cairan dari saluran pernapasan atau pemberian oksigen untuk membantu pernapasan, tindakan tersebut dapat memberikan perbaikan keadaan bayi secara umum.
Pada menit ke-5 setelah lahir, penilaian kembali dilakukan, dan jika skor bayi Anda tidak naik hingga nilai 7 atau lebih dan berdasarkan pertimbangan lainnya dari keadaan bayi maka dokter dan perawat akan melanjutkan tindakan medis yang perlu untuk dilakukan dan pemantauan intensif. Beberapa bayi yang lahir dengan masalah pada organ jantung dan paru-paru akan membutuhkan tindakan medis lanjutan, sedangkan yang lain hanya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan luar. Kebanyakan bayi baru lahir dengan nilai Apgar pertama dibawah 7, akan baik-baik saja.
Hal yang penting bagi orang tua yang baru memiliki bayi untuk mengetahui nilai Apgar. Penilaian ini dibuat untuk menolong tenaga kesehatan dalam mengkaji kondisi secara umum bayi baru lahir dan memutuskan untuk melakukan tindakan darurat atau tidak. Penilaian ini bukan ditujukan sebagai preidiksi terhadap kesehatan bayi atau perilaku bayi, atau bahkan status intelegensia/kepandaian. Beberapa bayi dapat mencapai angka 10, dan tidak jarang, bayi yang sehat memiliki skor yang lebih rendah dari biasanya, terutama pada menit pertama saat baru lahir.
Perlu diingai bahwa skor Apgar agak rendah (terutama pada menit pertama) adalah normal pada beberapa bayi baru lahir, terutama bayi yang lahir dari ibu hamil dengan risiko tinggi, lahir melalui proses operasi cesar, atau ibu yang memiliki komplikasi selama kehamilan maupun proses persalinan. Skor Apgar yang rendah juga bisa terjadi pada bayi prematur, dimana kemampuan untuk menggerakkan otot/alat gerak lebih rendah daripada bayi cukup bulan. Bayi prematur dalam kasus apapun akan memerluan pemantauan ekstra dan bantuan pernapasan, dikarenakan paru-paru belum sempurna
FISIOLOGI CAIRAN AMNION
Amnion manusia pertama kali dapat diidentifikasi pada sekitar hari ke-7 atau ke-8 perkembangan mudigah. Pada awalnya sebuah vesikel kecil yaitu amnion, berkembang menjadi sebuah kantung kecil yang menutupi permukaan dorsal mudigah. Karena semakin membesar, amnion secara bertahap menekan mudigah yang sedang tumbuh, yang mengalami prolaps ke dalam rongga amnion. 1,2,3
http://1.bp.blogspot.com/_JdayxWe_Qak/SvqsyoauDhI/AAAAAAAAAWE/fONiJoz8dO0/s320/1.jpg

                     Gambar 1. Kantung amnion pada hari ke-10 ditampakkan pada gambar sebelah kiri dan di sebelah kanan merupakan kantung amnion pada hari ke-12 yang selanjutnya akan tumbuh menekan mudigah dikutip dari Cunningham.
Cairan amnion pada keadaan normal berwarna putih agak keruh karena adanya campuran partikel solid yang terkandung di dalamnya yang berasal dari lanugo, sel epitel, dan material sebasea. Volume cairan amnion pada keadaan aterm adalah sekitar 800 ml, atau antara 400 ml -1500 ml dalam keadaan normal. Pada kehamilan 10 minggu rata-rata volume adalah 30 ml, dan kehamilan 20 minggu 300 ml, 30 minggu 600 ml. Pada kehamilan 30 minggu, cairan amnion lebih mendominasi dibandingkan dengan janin sendiri.
Cairan amnion diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya memiliki peran tersendiri pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan amnion sebagian besar diproduksi oleh sekresi epitel selaput amnion.
Dengan bertambahnya usia kehamilan, produksi cairan amnion didominasi oleh kulit janin dengan cara difusi membran. Pada kehamilan 20 minggu, saat kulit janin mulai kehilangan permeabilitas, ginjal janin mengambil alih peran tersebut dalam memproduksi cairan amnion.
Pada kehamilan aterm, sekitar 500 ml per hari cairan amnion di sekresikan dari urin janin dan 200 ml berasal dari cairan trakea. Pada penelitian dengan menggunakan radioisotop, terjadi pertukaran sekitar 500 ml per jam antara plasma ibu dan cairan amnion.
Pada kondisi dimana terdapat gangguan pada ginjal janin, seperti agenesis ginjal, akan menyebabkan oligohidramnion dan jika terdapat gangguan menelan pada janin, seperti atresia esophagus, atau anensefali, akan menyebabkan polihidramnion3.
A. Fungsi Cairan Amnion
Cairan amnion merupakan komponen penting bagi pertumbuhan dan perkembangan janin selama kehamilan. Pada awal embryogenesis, amnion merupakan perpanjangan dari matriks ekstraseluler dan di sana terjadi difusi dua arah antara janin dan cairan amnion. Pada usia kehamilan 8 minggu, terbentuk uretra dan ginjal janin mulai memproduksi urin. Selanjutnya janin mulai bisa menelan. Eksresi dari urin, sistem pernafasan, sistem digestivus, tali pusat dan permukaan plasenta menjadi sumber dari cairan amnion. Telah diketahui bahwa cairan amnion berfungsi sebagai kantong pelindung di sekitar janin yang memberikan ruang bagi janin untuk bergerak, tumbuh meratakan tekanan uterus pada partus, dan mencegah trauma mekanik dan trauma termal.
Cairan amnion juga berperan dalam sistem imun bawaan karena memiliki peptid antimikrobial terhadap beberapa jenis bakteri dan fungi patogen tertentu. Cairan amnion adalah 98% air dan elektrolit, protein , peptide, hormon, karbohidrat, dan lipid. Pada beberapa penelitian, komponen-komponen cairan amnion ditemukan memiliki fungsi sebagai biomarker potensial bagi abnormalitas-abnormalitas dalam kehamilan. Beberapa tahun belakangan, sejumlah protein dan peptide pada cairan amnion diketahui sebagai faktor pertumbuhan atau sitokin, dimana kadarnya akan berubah-ubah sesuai dengan usia kehamilan. Cairan amnion juga diduga memiliki potensi dalam pengembangan medikasi stem cell 1,2,3,4
B. Volume Cairan Amnion
Volume cairan amnion pada setiap minggu usia kehamilan bervariasi, secara umum volume bertambah 10 ml per minggu pada minggu ke-8 usia kehamilan dan meningkat menjadi 60 ml per minggu pada usia kehamilan 21 minggu, yang kemudian akan menurun secara bertahap sampai volume yang tetap setelah usia kehamilan 33 minggu. Normal volume cairan amnion bertambah dari 50 ml pada saat usia kehamilan 12 minggu sampai 400 ml pada pertengahan gestasi dan 1000 – 1500 ml pada saat aterm. Pada kehamilan postterm jumlah cairan amnion hanya 100 sampai 200 ml atau kurang.
Brace dan Wolf menganalisa semua pengukuran yang dipublikasikan pada 12 penelitian dengan 705 pengukuran cairan amnion secara individual. Variasi terbesar terdapat pada usia kehamilan 32-33 minggu. Pada saat ini, batas normalnya adalah 400 – 2100 ml1,2,3,4.
http://4.bp.blogspot.com/_JdayxWe_Qak/SvqtYxjMAsI/AAAAAAAAAWM/kPfys9KJNXg/s320/2.jpg
                       Gambar 2. Grafik yang menunjukkan perubahan volume cairan amnion sesuai dengan                      penambahan usia gestasi
dikutip dari Gilbert 5

C. Pengukuran Cairan Amnion
Terdapat 3 cara yang sering dipakai untuk mengetahui jumlah cairan amnion, dengan teknik single pocket ,dengan memakai Indeks Cairan Amnion (ICA), dan secara subjektif pemeriksa.
Pemeriksaan dengan metode single pocket pertama kali diperkenalkan oleh Manning dan Platt pada tahun 1981 sebagai bagian dari pemeriksaan biofisik, dimana 2ccm dianggap sebagai batas minimal dan 8 cm dianggap sebagai polihidramnion.
Metode single pocket telah dibandingkan dengan AFI menggunakan amniosintesis sebagai gold standar. Tiga penelitian telah menunjukkan bahwa metode pengukuran cairan ketuban dengan teknik Indeks Cairan Amnion (ICA) memiliki korelasi yang lemah dengan volume amnion sebenarnya (R2 dari 0.55, 0.30 dan 0.24) dan dua dari tiga penelitian ini menunjukkan bahwa teknik single pocket memiliki kemampuan yang lebih baik.
Kelebihan cairan amnion seperti polihidramnion, tidak mempengaruhi fetus secara langsung, namun dapat mengakibatkan kelahiran prematur. Secara garis besar, kekurangan cairan amnion dapat berefek negatif terhadap perkembangan paru-paru dan tungkai janin, dimana keduanya memerlukan cairan amnion untuk berkembang 6,7
http://2.bp.blogspot.com/_JdayxWe_Qak/Svqt8_J-YNI/AAAAAAAAAWU/E-iAaa5jWus/s320/3.jpg


                                        Gambar 3. Pengukuran cairan amnion berdasarkan empat kuadran
                                      dikutip dari Gilbert5

D. Distribusi Cairan Amnion
1. Urin Janin
Sumber utama cairan amnion adalah urin janin. Ginjal janin mulai memproduksi urin sebelum akhir trimester pertama, dan terus berproduksi sampai kehamilan aterm. Wladimirof dan Campbell mengukur volume produksi urin janin secara 3 dimensi setiap 15 menit sekali, dan melaporkan bahwa produksi urin janin adalah sekitar 230 ml / hari sampai usia kehamilan 36 minggu, yang akan meningkat sampai 655 ml/hari pada kehamilan aterm.
Rabinowitz dan kawan-kawan, dengan menggunakan teknik yang sama dengan yang dilakukan Wladimirof dan Campbell, namun dengan cara setiap 2 sampai 5 menit, dan menemukan volume produksi urin janin sebesar 1224 ml/hari. Pada tabel menunjukkan rata-rata volume produksi urin per hari yang didapatkan dari beberapa penelitian. Jadi, produksi urin janin rata-rata adalah sekitar 1000-1200 ml/ hari pada kehamilan aterm.1,2,3,5,7,8
2. Cairan Paru
Cairan paru janin memiliki peran yang penting dalam pembentukan cairan amnion. Pada penelitian dengan menggunakan domba, didapatkan bahwa paru-paru janin memproduksi cairan sampai sekitar 400 ml/hari, dimana 50% dari produksi tersebut ditelan kembali dan 50% lagi dikeluarkan melalui mulut. Meskipun pengukuran secara langsung ke manusia tidak pernah dilakukan, namun data ini memiliki nilai yang representratif bagi manusia. Pada kehamilan normal, janin bernafas dengan gerakan inspirasi dan ekspirasi, atau gerakan masuk dan keluar melalui trakea, paru-paru dan mulut. Jadi jelas bahwa paru-paru janin juga berperan dalam pembentukan cairan amnion. 1,2,3,5,7,8
3. Gerakan menelan
Pada manusia, janin menelan pada awal usia kehamilan. Pada janin domba, proses menelan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya usia kehamilan. Sherman dan teman-teman melaporkan bahwa janin domba menelan secara bertahap dengan volume sekitar 100-300 ml/kg/hari.
Banyak teknik berbeda yang dicoba untuk mengukur rata-rata volume cairan amnion yang ditelan dengan menggunakan hewan, namun pada manusia, pengukuran yang tepat sangat sulit untuk dilakukan. Pritchard meneliti proses menelan pada janin dengan menginjeksi kromium aktif pada kompartemen amniotik, dan menemukan rata-rata menelan janin adalah 72 sampai 262 ml/kg/hari. 1,2,4,5,7,8
Abramovich menginjeksi emas koloidal pada kompartemen amniotik dan menemukan bahwa volume menelan janin meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Penelitian seperti ini tidak dapat lagi dilakukan pada masa sekarang ini karena faktor etik, namun dari penelitian di atas jelas bahwa kemampuan janin menelan tidak menghilangkan seluruh volume cairan amnion dari produksi urin dan paru-paru janin, karena itu, harus ada mekanisme serupa dalam mengurangi volume cairan amnion. 1,2,5,7,8
http://1.bp.blogspot.com/_JdayxWe_Qak/SvqvScjfbcI/AAAAAAAAAWc/-ia_8YX6JTM/s320/4.jpg


            Gambar 4. Distribusi cairan amnion pada kehamilan
                    Dikutip dari Gilbert5

PATOLOGI CAIRAN AMNION
Pada keadaan normal, volume cairan amnion meningkat menjadi 1 liter atau lebih sedikit pada gestasi 36 minggu, tapi kemudian berkurang. Secara kasar, cairan amnion yang lebih dari 2000 ml dianggap berlebihan dan disebut hidramnion, dan kadang-kadang disebut polihidramnion. Pada kasus yang jarang, uterus mungkin mengandung cairan dalam jumlah yang sangat besar. Pada sebagian besar kasus, yang terjadi adalah hidramnion kronik, yaitu peningkatan cairan berlebihan secara bertahap. Pada hidramnion akut, uterus mungkin mengalami peregangan mencolok dalam beberapa hari. Volume cairan amnion yang kurang dari 200 ml disebut oligohidramnion.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar